Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2018

CANGKIR KERTAS SIRENES

Pagi ini mendapat pesan dari seorang teman dekat yang sudah lama tidak berjumpa, hendak menemuiku di suatu tempat, dia menentukan lokasi yang jarang aku kunjungi bahkan belum pernah sama sekali, Starbucks adalah pilihannya untuk jumpa sore nanti. Perangaiku memang cantik khas desa, tidak ada baju kekinian di lemari kecilku, yang ada baju-baju peninggalan ibu atau saudara perempuanku waktu masih muda, makin nampak jadul gayaku. Apa boleh buat, aku tidak punya cukup uang untuk membeli baju-baju kekinian. Semuanya serba pas-pasan. Pas untuk makan, pas untuk transportasi, pas untuk jajan, pas. Sore ini aku berangkat sesuai janji, pukul 3 sore perjalanan dari rumah kos menuju Starbucks  bersama ojek online. Sekitar 30 menit perjalanan lamanya, sampailah aku di sebuah tempat ngopi penuh manusia, dari segala usia. Ketika melangkah ke depan bar, aku sudah mengira barista yang senyum-senyum sejak aku dari jauh tadi pasti menyapa dengan ramah membuat rasa penat seaakan sirna. Papan menu yan

BANYAK KATA

Ratusan kata yang kau ucap takkan mampu menyandung hasratku sesekali lihatlah hati ini, dan pengalaman buruk yang tertancap. Kemauan bercampur tekanan membiru beku, kadang cair oleh hangatnya hati Pertanyakan-pertanyaan multidisiplin yang sangat kerap tak niat kujawab dengan pesona retorika  Mengapa kalimat mudah diucap sedang sulit dilakukan karna mulut lebih kecil dari kaki kaki kaki kita berjalan di atas duri Terbangun dari kekelaman takkan kubiarkan mulut memakan kaki Terbangun dari kelelapan takkan kubiarkan mulut memakan badan Terbangun dari kegelapan takkan kubiarkan mulut memakan pikiran

BISTIK SAPI UNTUK KAMBING

Aman tidak aman aku harus pergi menyusul saudaraku ke NTB, yang sedang melaksanakan tugas mulia sebagai relawan atas bencana alam Gempa Bumi yang sangat parah sejak 5 Agustus 2018 kemarin. Kabarnya dia mengalami cedera di bahu kanannya dan luka memar di beberapa bagian tubuhnya karna tertimpa tiang lampu yang ambruk setelah terjadi gempa susulan sebanyak 101 kali. Pada hari ini Tuhan bertindak, mendukung keberangkatanku. Sebelumnya kubeli bistik sapi di warung makan kesukaanku, biasanya kutelan enak, tapi saat itu rasanya sungguh tidak karuan, aku membungkusnya untuk menghargai Si Penjual. Setibanya di rumah, ku berikan makanan itu kepada kambing piaraan bapak, mereka memakannya dengan lahap. Kiranya aku tidak sungguh-sungguh membuang makanan tidak enak itu. 

JAM TANGAN TUHAN, BIAR KUPINJAM

Kacang tanah rasa madu yang ku genggam sebagai makanan pengisi luang perjalanan laut dari Banyuwangi ke Pulau Bali, tapi tetap saja aku masih merasa mual terombang-ambing gelombang Selat Bali ini, 2 jam adalah waktu yang cukup lama untuk bertahan dengan kondisi yang sulit  mengeluarkan cairan busuk dari tubuhku ini, sampai aku berpikir ke ranah yang salah (Jangan-jangan aku hamil?). Aku perempuan Bali yang tinggal beberapa saat di Surabaya untuk mengurus legalisir ijazah ke salah satu perguruan tinggi di Surabaya. Sungguh, Surabaya banyak meninggalkan kenangan, menggodaku mengenangnya kembali dalam kesempatan singkat ini. Lima tahun lalu aku pernah berlari ke Surabaya, tanpa pandang belakang, hanya menoleh kanan. Saat itu, dia (kekasihku) sedang menggendong iblis bercula dua, aku sangat takut karena malaikat dipundakku pergi entah kemana, katanya sedang menemui Tuhan untuk meminjam jam tangan, tapi tak kunjung kembali, hingga aku memutuskan untuk pergi dari kekasihku tanpa sepenget

MADAH RAHARJA

Senja agung, awan jingga mengiring lembut menyentuh peraduan langit hening seluruh adat syukur dari Bumi terdengar akur seirama lantunan angklung, merebah pelan sesuai alur Hatur syukur  tersungkur mendapat makmur hanya pelita pelindung kami sulur keagunganMu tak terukur bermanja saling tukar mesra nuansa harmonis jelas tanpa tipu kasta jujur di peradilan tanpa tukar hasta nista surga yang ada hanya hikmah Semesta nista neraka yang ada hanya hikmah Sang Surya Tuhan, Tuhan kami beristirahatlah saja Tuhan, Tuhan kami tidurlah saja

MONDIAL PITALOKA

Surat kabar beredar dengan cepatnya menggandakan berita bodoh tanpa fakta. Sumber dari satu redaksi yang di gandakan menjadi beratus-ratus lembar. Rempah-rempah dari Filipina, Malaysia dan India memang sangat langka dan harganya fantastis namun ilegal untuk masuk ke perairan Indonesia. Kami membawa 100 ton beratnya rempah produksi petani India yang bisa kami jual ke restoran-restoran yang menyajikan makanan Asian, dengan keuntungan besar. Jika di telusuri dengan lebih jeli, bisnis kami tidak kotor sedikitpun karena sama-sama menguntungkan dan tidak ada yang merugi baik pihak produksi, distributor, sanpai konsumen. Hanya saja peraturan di negara ini begitu menggairahkan untuk di bakar. Setelah beberapa tahun berbisnis secara ilegal, kekayaanku setingkat dengan pendapatan artis mahal di Hollywood. Rumah dimana-mana, bisnis properti lancar terkendali, banyak antek-antek yang bisa kusuruh sana-sini, kecuali dalam hal bisnis ilegal ini aku hanya mempercayai satu kawan lamaku yang begitu g

BAPAKU DI BUMI DAN SORGA

Aku pulang pagi, senja baru sampai di rumah, bertemu Bapak Ibu yang penuh belas kasih memandangiku dari ujung kaki hingga ujung kepala, katanya badanku makin kurus dan kantung mataku nampak jelas gelapnya. Mereka selalu melebih lebihkannya, padahal sebaliknya. Bapak selalu menjaga perasaanku agar tidak sakit hati ketika Ibu menanyakanku seberapa berhasil usahaku saat ini, bijaksananya mengatur cerita yang keluar dari mulut kami tidak menjadi amarah. Aku tidak pernah mau pulang sebelum Bapak memintaku pulang atas dasar kerinduannya padaku. Hatinya seperti sumur yang dalam, aku sangat mencintainya. Kalau saja ada laki-laki seperti Bapak di usia muda akan kunikahi dia. Sabda Bapak, menguliti hati, menjadi baru dan baru kembali, dikupas per satuan seperti buah jeruk sunkist  yang menjadi hiasan di atas kue ulang tahun. Manakah kasih yang lebih indah daripadanya, aku mencintainya, tolong antar kami bersama menuju kehidupan yang nyaman selain di bumi. Mungkin itu di neraka at

PERTEMANAN BUNGA KAMBOJA DENGAN MAWAR

Mendoakan semua makhluk agar hidup damai dan bahagia di alamnya masing-masing. Kalimat-kalimat kitab suci memang memiliki karakter tersendiri daripada puisi terakhir seorang teman laki-laki yang malam kemarin tertabrak truk ugal-ugalan di Jalur Pantura. Perasaan seperti apa yang ingin diungkapkannya malam ini kepadaku, aku hanya membaca pesan yang ia kirimkan padaku pagi itu dalam syair puisi yang aku tak tahu maknanya, hingga dia memutuskan dengan janji untuk menemuiku pada malam harinya. Begini puisi yang ia tulis melalui pesan; Kamboja merenung bersandar ranting yang lemah bergerak-gerak terkoyak angin namun tak mau patah lihat mawar yang dirobek-robek serombongan orang berbaju hitam Kamboja tak kuasa lihat mawar menikmati elegi putuskan untuk berpisah dengan ranting  meski diperjuangkan untuk kembang nan indah Kamboja gugur ranting tak berseru jera Kamboja putuskan pergi bersama mawar dihirup tanah liang kubur Puisi dan pertanyaanku membawanya kedalam malapet

HIDUP NORMAL TANPA KOPI DARAT

Pagi hari, bersama anak mal dengan uang saku perminggu melebihi gaji orangtuaku, dengan senonoh mengambil barang-barang bermerek luar negeri dengan model terkini, gayanya membuat sepermainannya berimajinasi "ingin menjadi seperti..". Khayal untuk menjadi anak orang kaya, anak petinggi negeri, anak pejabat, anak pengusaha sukses, anak pemilik hotel, dan anak-anak lainnya dengan kejayaan yang tinggi. Mata enggan menutup dunia, atau dunia yang enggan menutup mata? tiap hari melihat gemerlap, melihat juga gelap ada yang terbang cepat dengan empat sayap, namun dimakan alap-alap ada juga yang merayap dengan delapan kaki, namun sewaktu-waktu terbang terhempas angin atau tiupan raksasa berkepala batu Hukum Tuhan memang sangat sulit dicari jalan terangNya tapi lebih parah lagi memasakNya secara paksa dan disuapkan ke mulut orang-orang bodoh Pagi dan siang hampir tak tersekat, aku punya banyak janji dengan beberapa teman yang sudah saling candu; bilamana aku tak menemui mereka

SEKAYU SEPATAH

Berlari terengah-engah dikejar singa betina. Sampai ke pantai lariku terhenti melihat ombak es yang meruncing-runcing seperti tak kuasa mengayuh. Hidup dalam pertengahan musim dingin di Eropa sangat menyedihkan. Gila bekerja hanya untuk membeli mantel berlipat ganda. Sebuah upaya mempertahankan kehidupan.  Menaruh hati pada pemilik mobil Rover Ranger yang tampan seperti Jonas Rivanno adalah sebuah kesalahan. Dia begitu epik memanfaatkan tubuhku yang juga butuh untuk dimanfaatkannya, tapi meninggalkanku begitu saja tanpa tanda kaki apalagi tanda mata. "Katakanlah Kau mencintaiku" dia selalu berkata demikian begitu sering setiap hari. Bagaimana cintaku bisa hilang jika setiap hari selalu terngiang bisikannya di setiap sudut rumah peninggalannya.  Dimana kau sekarang, aku tak peduli, yang paling penting saat ini hanya bagaimana aku bisa bertahan hidup di rumahmu yang tanpa pintu, tembok pun hampir luput tanpa celah. Kau pikir di musim dingin, Rumah yang kau bangun sendi

ANDAI AKU KAYA

Bapak sungguh sudah tua, tidak lagi muda, tidak lagi tampan, dan lebih parah lagi tidak lagi kaya. Tapi sesungguhnya memang tidak pernah kaya, hanya kaya diantara yang paling miskin. Aku ditakdirkan menjadi anaknya, anaknya yang tunggal dan putri, ditakdirkan pula dengan pemikiran kolot, dungu dan basi. Sungguh, aku merasa sangat miskin, beda dengan Bapak yang merasa selalu kaya, tapi tinggal aku saja yang bisa merawat Bapak. Ibu tiada, saudara tiada, hanya Bapak tua yang sudah lupa bahwa seluruh hidupnya miskin. Tinggal bersama Bapak selama bertahun-tahun dalam kondisi yang tiada uang, tiada penolong, tiada keberhasilan, tiada pencapaian, karena apa? sudah ku jelaskan dari awal bahwa aku kolot, dungu, dan basi. Butuh beberapa lama untuk menyadari hal itu, bukan hanya membaca kutipan kecil yang isinya sebuah ajakan untuk menyelami kelemahan diri sendiri tapi pada waktu tertentu bertemu dengan beberapa orang yang tepat, beberapa orang mulai bisa membaca kelemahanku yang benar-benar se

MAAF BAPAK SAYA SALAH

Ketika kulihat segerombolan anak-anak SD di salah satu sekolah swasta favorit berjalan keluar dengan riangnya, membawa wadah-wadah apik bekal makanannya, sambil menunggu penjemput datang di teras gereja, aku tersipu, hal itu membawaku kepada kenangan dulu sewaktu masih kecil bersama Bapak. Siang ini memang sedang hujan, aku sengaja berteduh di teras gereja tua ini dibersamai mereka yang baru pulang sekolah. Romantis, sambil melihat film 6 dimensi, yang nyata menampilkan peristiwa masa lalu ku, ketika aku duduk di teras gereja menunggu Bapak yang tak kunjung datang menjemputku, selama 2 jam aku menungguinya, hingga akhirnya ada orang lain tetangga rumahku yang kurang ku kenali melintas di depanku dengan sengaja menjeputku "Ayo dik, Pulang" katanya. "tidak Pak, saya menunggu Bapak. Pesan Bapak tadi pagi saya tidak boleh pulang dengan siapapun selain Bapak" ----------------------- Ternyata Bapak meninggal dunia dalam perjalanan menjemputku, hari ini aku seperti m

SYAIR UNTUK MENYADARKAN MANUSIA

Hidup penuh kesibukan tanpa henti mengejar hasrat dan keinginan. Sadarilah bahwa segalanya itu adalah hampa tidak berarti. Langit itu hampa, bumi juga adalah hampa. Namun manusia hidup terjerat dalam kehampaan ini. Matahaari juga hampa, bulan juga hampa. Untuk apalah hidup dengan susah payah, bila pada akhirnya apapun tidak akan didapatkan. ladang itu hampa, tanah juga hampa. Tidak tahu sudah berganti berapa banyak manusia untuk menggarapnya. Emas itu adalah hampa, perak juga hampa. Setelah mati, apa yang bisa dibawa pergi? Isteri adalah hampa, anak juga hampa. Ketika tiba di akhirat, siapapun tidak akan bertemu dengan siapa. Pagi sibuk bekerja, malam juga sibuk bekerja. Manusia bagai lebah yang mencari madu. Setelah madu dikumpulkan, segala kerja keras pada akhirnya akan menjadi hampa juga Tengah malam terdengar suara gendang, begitu mata dibuka, tak terasa pagi telah tiba. Seolah-olah semuanya itu hanya bagaikan sebuah mimpi. Menjadi manusia itu m