CANGKIR KERTAS SIRENES

Pagi ini mendapat pesan dari seorang teman dekat yang sudah lama tidak berjumpa, hendak menemuiku di suatu tempat, dia menentukan lokasi yang jarang aku kunjungi bahkan belum pernah sama sekali, Starbucks adalah pilihannya untuk jumpa sore nanti.

Perangaiku memang cantik khas desa, tidak ada baju kekinian di lemari kecilku, yang ada baju-baju peninggalan ibu atau saudara perempuanku waktu masih muda, makin nampak jadul gayaku. Apa boleh buat, aku tidak punya cukup uang untuk membeli baju-baju kekinian. Semuanya serba pas-pasan. Pas untuk makan, pas untuk transportasi, pas untuk jajan, pas.

Sore ini aku berangkat sesuai janji, pukul 3 sore perjalanan dari rumah kos menuju Starbucks bersama ojek online. Sekitar 30 menit perjalanan lamanya, sampailah aku di sebuah tempat ngopi penuh manusia, dari segala usia. Ketika melangkah ke depan bar, aku sudah mengira barista yang senyum-senyum sejak aku dari jauh tadi pasti menyapa dengan ramah membuat rasa penat seaakan sirna. Papan menu yang sangat besar terpaku di dinding, aku terlalu kebingunan memilih menu karena terlalu banyak jenisnya, barista itu langsung berinisiatif menjelaskan sambil menanyakan minuman apa yang hendak kupesan. Penjelasan sang barista yang penuh semangat diiringi senyum yang lebar dan bersahabat, mengesankanku sebagai calon pelanggan yang di tungu-tunggu dan di muliakan.

Duduklah aku di kursi pojok dengan dinding kaca yang berhadapan langsung dengan pusat perbelanjaan pelbagai tanda, sambil menunggu kehadiran teman yang katanya rindu, ku amati lingkungan sekitar yang muncul dalam pikiranku sebagai "Manusia-manusia Starbucks" sedang menjalani upacara ritual minum kopi.

Cukup lama menunggu temanku yang tak kunjung datang, di dahului datangnya pesanan kopi panas didalam cangkir kertas bergambar logo khas perusahaan Starbucks . Aku memang suka mengamati sesuatu yang baru kutemui. Cangkir ini menarik perhatianku selain penulisan namaku yang salah, ada pula yang lebih menarik, yaitu logo.

Aku cukup mengenal logo di bagian luar cup ini, menggambarkan sesosok putri duyung berekor dua, yang dalam mitologi Yunani di kenal bernama Sirenes. Biarkan aku ciptakan nama sendiri untuk cup ini dengan nama "Cankir Kertas Sirenes".

Lama-lama habis kesabaranku menunggu temanku, dua jam sudah berlalu, sampai habis sudah kopiku. Kuharap dia datang dan bisa membayarkan pesananku ini, sebab tidak ada lagi uang dalam dompetku, sudah habis kupakai naik ojol.

Sudah 6 petang. Teman yang berjanji tidak datang. Sialnya, siapa yang membayar ini. Aku lihat barista tadi sangat ramah, kuharap dia mau membantuku. Segera mendapat ide, kuambil cangkir kertas sirenesku, mengeluarkan spidol dan mulai menggambarinya, kuberikan cangkir kertas sirenes itu pada barista ramah, dan mulai menceritakan keadaanku. "Mas, bisakah saya membayar dengan karya seni ini?". Barista itu tersenyum dan berbisik "minta nomernya ya mbak?".


---------------------------
Silaturahmi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROSPEKSI

ADA APA APRIL

DILEMATIS