JERA

Ceriteranya, di Padepokan Negeri Semarang (seperti judul buku milik teman yang baru rilis) beberapa mahasiswa dengan sangat giat mencari dosennya dan bersikeras untuk menjalin hubungan yang baik agar mendapatkan nilai bagus atau motivasi tertentu, sebagian lagi berjalan dengan apa adanya, bersantai namun tetap bertanggunjawab dengan tugas-tugasnya, sebagian yang lebih minoritas lagi ada mahasiswa yang sering absen sampai tidak pernah masuk kuliah, karena jera dengan perlakukan menyudutkan atau pelajaran atau hal-hal lain (gono-gini) yang membuatnya menjadi semakin takut ketika harus berangkat mengikuti perkuliahan. Mungkin, bagi mayoritas akademisi hal ini bukan suatu masalah, dan mereka menyebutnya sebagai cambukkan bagi mahasiswa untuk maju dan berkembang. Tanpa memikirkan latar belakang atau kekuatan mental setiap orang yang berbeda-beda.

Ketika saya mencoba memposisikan diri sebagai dosen yang tanpa disadari membuat mahasiswanya jera, saya juga tidak bisa berbuat banyak, toh yang diingat oleh seorang dosen dari mahasiswanya saya pikir adalah karena "dia cantik, dia ganteng, dia bisa, dia unggul, dia pandai bicara di kelas, dia berprestasi, dia anak orang kaya, dia sensasional, dia anak rekan kerja, dia anak saudara, dll", tapi tidak sepenuhnya demikian. Saya ingin menyoroti mengenai "perlakuan menyudutkan", yang saya harap keadilannya dengan diam-diam.

Lain kali semoga saya bisa menjelaskan mengenai hal-hal yang menyudutkan tersebut,

(Jera)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROSPEKSI

ADA APA APRIL

DILEMATIS