ANDAI AKU KAYA

Bapak sungguh sudah tua, tidak lagi muda, tidak lagi tampan, dan lebih parah lagi tidak lagi kaya. Tapi sesungguhnya memang tidak pernah kaya, hanya kaya diantara yang paling miskin. Aku ditakdirkan menjadi anaknya, anaknya yang tunggal dan putri, ditakdirkan pula dengan pemikiran kolot, dungu dan basi. Sungguh, aku merasa sangat miskin, beda dengan Bapak yang merasa selalu kaya, tapi tinggal aku saja yang bisa merawat Bapak. Ibu tiada, saudara tiada, hanya Bapak tua yang sudah lupa bahwa seluruh hidupnya miskin.

Tinggal bersama Bapak selama bertahun-tahun dalam kondisi yang tiada uang, tiada penolong, tiada keberhasilan, tiada pencapaian, karena apa? sudah ku jelaskan dari awal bahwa aku kolot, dungu, dan basi. Butuh beberapa lama untuk menyadari hal itu, bukan hanya membaca kutipan kecil yang isinya sebuah ajakan untuk menyelami kelemahan diri sendiri tapi pada waktu tertentu bertemu dengan beberapa orang yang tepat, beberapa orang mulai bisa membaca kelemahanku yang benar-benar sejak lahir

Karena kelemahanku aku dikenal, hingga ada yang mengangkatnya menjadi sebuah novel, film, bahkan sinetron. Tapi aku tetap kolot, dungu, dan basi. Tak juga kaya, tetap miskin.

Kaya, miskin, kaya, miskin
terjebak di ruangan yang sama
si Kaya memakai jas 
si Miskin memakai oblong
saling berjabatan 

si Kaya ingin menjadi semakin kaya
si Misin ingin menjadi semakin kaya
darimana?


Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROSPEKSI

ADA APA APRIL

DILEMATIS