Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

ARSIP SENIKU YANG SEDERHANA

Gambaran strereotip mengenai jenius kreatif yang mengonsumsi narkoba, mabuk dan berganti-ganti pasangan itu sudah basi. itu hanya untuk orang-orang yang ingin mati muda. Intinya: menjadi kreatif butuh banyak energi. Kamu takkan punya energi itu jika dihabiskan dengan hal lain. Saya sudah mulai tertarik dan mengenal seni sejak belasan tahun yang lalu, ketika saya kelas IV SD, entah mengapa waktu itu mendengar kata seni saja sudah membuat tertarik untuk menyimak atau menjalani lebih lanjut, seni pertama yang saya coba waktu itu adalah seni tari, memang ada ekstra kulikuler Seni Tari di sekolah, saya sempat mengikuti beberapa kali sebelum guru seni tari pindah, beliau mengatakan bahwa saya berbakat (itu adalah hal bahagia) dan berpesan pada saya agar mengikuti les atau kursus tari di tempatnya dengan registrasi Rp. 20.000,-. Keluarga serba kekurangan, apalagi waktu itu orang tua harus membiayai biaya sekolah dua saudaraku yang duduk di SMA dan SMP, tentu saya tidak berani meminta sejuml

JUMAT

Ya Tuhan, Allah penyelamatku, siang malam aku berseru kepadaMu. Semoga doaku sampai kehadiratMu, dengarkanlah jeritan tangisku. Sebab hatiku tersesak kesusahan bertimbun-timbun, dan hidupku mendekati ambang maut. Aku dianggap sudah turun ke liang kubur, seperti orang kehilangan hayat. Di alam mautlah kediamanku, seperti orang yang mati terbunuh karena aku berbaring dalam kubur. Seperti orang yang tidak lagi Kau ingat, terpisah dari cintaMu. Kau campakkan daku ke lubang terdalam, ke tubir yang gelap gulita. Aku tertindih oleh amarahMu, dan keberanganMu melumpuhkan daku. Handai taulanku Kau jauhkan daripadaku Kau jadikan daku haran bagi mereka. Aku terkurung, tak dapat lolos, mataku kabur tersesak derita. Sehari-hari aku berseru kepadaMu, ya Tuhan, kepadaMu kutadahkan tanganku. Adakah Engkau berkarya bagi orang mati ! masakan arwah bangkit untuk memuji Engkau Adakah kasihMu dikisahkan dalam kubur, dan kesetiaanMu di daerah kebinasaan ! Adakah karyaMu yang agung

DANCING IN THE RAIN (Ulasan Film Indonesia)

Dua hari lalu, tepatnya tanggal 18 Oktober, film Indonesia berjudul Dancing In the Rain mulai tayang di Indonesia, salah satu pemain film tersebut adalah aktor favorit saya, yaitu Deva Mahenra. Saya memiliki minat khusus untuk menonton film ini karena ada dia (Deva Mahenra). Membahas sedikit mengenai Deva Mahenra yang selalu bermain apik dalam setiap filmnya, juga sangat menarik hati untuk tak di pandang sebelah mata atas kemampuan main perannya, rata-rata karakter yang ia dapat adalah karakter protagonis, dan saya melihat ada satu karakter yang melekat pada Deva Mahenra yaitu romantis. Film ini adalah salah satu film beralur mundur yang membuat saya menangis sepanjang cerita, dari pertama kali film ini di putar (prolog) yang menceritakan seorang anak berkebutuhan khusus (cacat psikis) tinggal bersama Eyang Uti tanpa kasih sayang Ibu dan Ayah kandungnya yang tidak mau menerima keadaan. Dikisahkan, Banyu (Dimas Anggara) yang sejak kecil dirawat dengan penuh kasih oleh Eyang Uti (

INTROSPEKSI

Cahaya pagi merambat dari jendela kamar tidurku, menyinari kelopak mataku yang tipis, membuatnya terbuka. Aku terbangun tanpa bermimpi, semalam hanya dimensi yang kulewati dengan mati sebentar, dan tidak merasakan apa-apa. Enam hari lalu adalah hari ulang tahunku yang ke -22 tahun, lima tahun kebelakang aku banyak menuliskan apa yang harus dicapai di usia itu, dan kini terjadi justru sebaliknya, banyak hal-hal yang tidak kuharapkan terjadi, mulai putus asa, tak bisa hidup dengan baik, banyak melakukan keteledoran, yang menimbulkan permasalahan runyam. Dulu aku seorang ambisius, dan penuh optimisme hingga orangtuaku selalu percaya aku perempuan yang penuh semangat, mandiri dan tangguh, tapi aku sering menerima kekecewaan, beberapa hal yang ku coba gagal, pun keterbatasan lain yang menghambat perkembangan diri, membuatku sering meremehkan banyak hal dan sulit di atur. Pagi ini aku niatkan untuk memperbaharui kegiatan harian, aku tidak biasa bangun pukul 06.00 pagi. Semalam aku bertekad

BELOK KANAN BARCELONA (Ulasan Film Indonesia)

Kali ini saya ingin me- review  sebuah film layar lebar Indonesia dengan genre komedi romatis berjudul "Belok Kanan Barcelona", adopsi novel yang ditulis secara kolaborasi oleh; Adhitya Mulya, Ninit Yunita, Alaya Setya dan Imam Hidayat dan di Sutradarai oleh Guntur Soeharjanto. Hal pertama yang membuat saya tertarik menonton film ini adalah "ada Mikha Tambayong" karena saya ngefans dengan artis cantik itu jadi saya putuskan hari ini menonton film yang ada Mikha Tambayong-nya. Film ini tayang bersamaan dengan film Indonesia lainnya dengan pemain yang lebih senior seperti "Aruna dan Lidahnya" yang di perankan oleh Dian Sastro, Nicholas Saputra, Hannah El Shadiq, dll. Entah mengapa dari segi trailer keduanya, saya lebih tertarik kepada "Belok Kanan Barcelona. Adegan film ini diawali dengan lantunan denting syahdu piano yang dimainkan oleh Francis (Morgan Oey) sebagai seorang musisi terkenal di Barcelona dengan segudang perngalaman tour show di be

FENOMENA MINTA JATAH

Kena (23 tahun) mahasiswa Jurusan Ilmu Olahraga di salah satu perguruan tinggi Manado yang masih dalam proses penyelesaian skripsi, adalah seorang mahasiswa yang sudah lama jomblo sejak semester III, menurut pengakuannya dia jomblo karena ingin berdikari dan bebas melakukan yang dia mau, tapi naluri biologisnya mampu menyingkirkan tujuannya. Alhasil, setiap melihat perempuan cantik pasti dia dekati, tentu saja itu adalah hal yang mudah bagi Kena, karena dia memang rupawan dan mampu, dengan sedikit rayuan ia akan berhasil mengajak jalan perempuan cantik yang ia mau. Sudah bisa ditebak tipe perempuan yang Kena ajak untuk menemaninya jalan-jalan; cantik, seksi, dan modis. Beberapa diantara perempuan itu pasti mengharapkan sesuatu yang lebih dari Kena (uang, belanja, foto bareng, pacaran, dll), atas dasar itu Kena mampu dengan lihai memanfaatkan situasi, dia seakan-akan punya kuasa untuk memperlakukan perempuan yang di ajaknya. Kena bukan tipe laki-laki yang menjaga loyalitas, dia sang