SALAM GELISAH
Malam sudah
larut. “Waktunya tidur Han…” kata hatiku dalam sebuah usaha menuju kebaikan.
Tapi Jiwa ini masih ingin menuliskan jejak kegelisahan, pikiranku berputar dan
bertamasya ria menuju relik optimis, separatis, rasial, dan juga yang paling
menang diantaranya yaitu pesimis.
Aku ingin
bercerita ketika aku memulai dengan semangat positif yang membara, tiba-tiba
padam begitu cepat karena ulah jiwa skematis ini. Hari ini sudah aku rencanakan
begitu matang melalui proses negosiasi yang panjang dengan diriku yang lain.
Aku mulai mengetik beberapa lembar permulaan menjadi sebuah konsonan silabis.
Sungguh itu
hanya berlangsung sebentar, kemudian aku mengharapkan sesuatu yang mustahil
kepada-Nya, demikian “Tolong beri saya pemikiran yang simpel, untuk 6 bulan ke
depan”.
Akhirnya,
aku sedikit menelaah kaum kolot yang katanya makin sedikit populasinya di
Indonesia, dalam pandanganku mereka selalu damai walaupun dipermainkan berbagai
macam polemik buatan kaum eksekutif. Kuncinya ada pada kesederhanaan berpikir,
ada baiknya tidak mengikuti perkembangan teknologi (dalam arti tidak
menggunakan produk).
Menyinggung
soal kaum, bisa juga termasuk dalam usaha separatis. Aku menuliskan, sedangkan
aku berada dalam lingkaran itu sendiri adalah sesuatu yang lucu. Kadang,
beberapa orang dengan multi sudut pandangnya dapat menerima dengan baik sebuah
bahasa yang sangat kasar menjadi tutur kata lembut. Sayangnya kemampuan itu
hanya dimiliki oleh seniman sastra.
Inilah
kegelisahanku, ketika awalnya aku membahas kegelisahan dan di akhir tulisan ini
masih berisi kegelisahan. Usaha jiwa ini untuk melampiaskan kegelisahan melalui
menulis akhirnya gagal.
Selamat
Malam.
Salam
Gelisah dariku.
Komentar
Posting Komentar