ANA NING ASIHING SANG WIDHI INGKANG ASRI

mereka bernyanyi
merdu melantun pelan namun hampa
semua merindukan kekasihnya dalam kening
bukan dalam hati

Hana adalah namaku yang dulu, sekarang aku dipanggil sebagai Ningsih semenjak aku tinggal bersama Ibu Markonah. Beberapa Minggu lalu aku tidak ingat lagi orang-orang yang sudah aku kenal ataupun orang-orang yang mengenalku. Ada seorang pemuda berkata bahwa aku sudah melakukan tindakan bodoh, katanya lagi aku sudah menyuruh seseorang dengan sengaja untuk menghipnosisku agar aku bisa melupakan masa lalu yang kuanggap kelam dengan tujuan memperbaharui hidup. 

Usaha itu berhasil, sekarang aku tidak mengenal siapapun yang dahulu, bahkan aku lupa namaku, orangtuaku, saudara-saudaraku. Sepilang dari situ aku juga menjadi ling lung, satu orang penjahat datang padaku merampok seluruh kepunyaanku, sebelum warga mengeroyoknya aku sudah mengalami luka kecil goresan pisau belati yang diayunkannya mengenai lengan kananku dan mendorongku hingga tersungkur ke tanah membawaku masuk dalam situasi setengah sadar kulihat samar-samar perampok itu mulai dikeroyok warga. 

Demikianlah cerita setelah aku dirasuki oleh aku yang baru, Ningsih. Beruntung ada orang baik bernama Ibu Markonah mau menampung dan merawatku di rumahnya yang tak tahu kenapa aku bisa sampai disini. Ketika membuka mataku setelah peristiwa perampokan itu aku sudah berada disini, kamar tidur kasur dengan kelambu merah jambu yang perkakasnya tertata rapi layaknya kamar seorang anak perawan.

Rupanya Ibu Markonah yang berwajah teduh dengan senyum manis, bibir tipis, perawakan tinggi langsing, kulit kuning langsat dan berusia 57 tahun ini adalah seorang Ibu yang baru saja kehilangan anaknya karena mengidap penyakit kanker darah. Pertemuannya denganku ketika menjadi korban perampokan kemarin mengingatkannya pada anaknya yang sudah tiada, katanya aku sangat mirip putrinya, melihat kondisiku yang tidak lagi mengingat apa-apa, dia mulai menganggapku sebagai putrinya mulai saat itu. Ibu Markonah adalah seorang istri Budayawan, dia sangat mencintai budaya jawa, dia pun memberikan nama panggilan padaku Ningsih, dengan nama panjang Hananingsih Widhiasri. Nama yang diberikannya padaku bukan sembarangan, ada makna yang indah didalamnya, beliau menjelaskan padaku dengan nada suara yang lembut dan halus khas orang Jawa tulen, 

"Nduk, diingat ya namamu ini adalah pemberian dan wasiat dari kami, supaya kamu bisa menjaga dan selaras dengannya. Ibu harap nama ini juga membawa berkat untukmu. Namamu adalah susunan kata yang muncul dalam benak kami (Ibu Markonah & suami) ketika melihatmu kemarin. Kami memikirkan bahwa kamu sangat dikasihi oleh Yang kuasa, kamu juga dianugerahi wajah yang teduh seperti seharusnya peri kelahiran mengaruniakannya kepada setiap perempuan. Kamu Hananingsih Widhiasri, Ana Ning Asihing Sang Widhi ingkang Asri. Artinya kamu ada di dalam kasih Tuhan yang indah."

Begitulah perkataan Ibu Markonah sambil memangku kepalaku dan mengelusnya, aku pun langsung jatuh cinta padanya, aku mencintainya sebagai seorang Ibu yang baik hati. Aku tertidur dalam pangkuan dan belaiannya yang lembut.

Tiba-tiba suara piring pecah terdengar mengagetkanku dan membangunkanku dari tidurku yang pulas. Oh tidak, ada kucing masuk dan aku masih bingung, mengapa aku tidur di kamar ini, rasanya tadi seperti kenyataan yang sungguh-sungguh terjadi, ternyata semua hanya mimpi.

Aku masih tetap yang dulu, bedanya adalah bertambahnya makna dan ikhtiar baru.
Hari ini aku bangun dari mimpi itu melihat dunia nyata tanpa kacamata maya, meski suatu saat saya bisa memakainya untuk bertarung nama baik, berebut kekuasaan, atau mencari pamor, ya barangkali saya berminat. Serendah-rendahnya hati dan diri ini pasti selalu ada ambisi, semoga yang dikatakan Ibu Markonah dalam mimpi itu benar adanya, bahwa saya selalu dalam kasih-Nya.

aku adalah sebuah kebohongan jika dilihat dalam kebohongan
aku adalah kebenaran jika dilihat oleh kebenaran 
semua adalah urusan hati
semua juga urusan jiwa
maka hidup juga harus bersama hati dan jiwa
agar raga mampu dibawa 

Selamat hari kasih sayang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

INTROSPEKSI

ADA APA APRIL

DILEMATIS